Dilansir dari wikipedia, inilah sosok Sugianto Kusuma, yang lebih dikenal dengan sebutan Aguan, merupakan seorang figur penting dalam masyarakat Indonesia. Ia dikenal luas sebagai seorang pengusaha yang berhasil, terutama sebagai pendiri Agung Sedayu Group. Selain itu, Aguan juga memegang posisi strategis sebagai Presiden Komisaris di PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD.IJ) dan menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama di PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC.IJ).
Saat ini, ia berperan sebagai Presiden Direktur di PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI.IJ), sebuah perusahaan pengembang properti yang beroperasi di Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) dengan luas bank tanah mencapai 1.876 hektar yang terletak di Kabupaten Tangerang, Banten. Selain prestasi di bidang bisnis, Aguan juga dikenal sebagai seorang filantropis yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, terutama melalui partisipasinya dalam Yayasan Tzu Chi Indonesia dan ASG untuk Indonesia.
Aguan lahir di Palembang pada tanggal 10 Januari 1951 dan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Ju Zhong Palembang. Sejak masa mudanya, ia telah menunjukkan minat yang besar terhadap dunia bisnis dan kewirausahaan. Karakter Aguan yang cerdas dan kemampuan sosialnya yang baik membuatnya mudah bergaul dengan berbagai kalangan, termasuk dengan orang-orang yang lebih tua darinya. Pada tahun 1965, ia mengambil langkah berani untuk merantau ke Jakarta, di mana ia memulai kariernya dengan bekerja di sebuah toko kelontong yang terletak di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara. Pengalaman awal ini menjadi fondasi penting bagi perjalanan kariernya di dunia bisnis.
Seiring berjalannya waktu, Aguan berhasil membangun reputasi yang solid dalam industri properti dan perbankan di Indonesia. Keberhasilannya dalam mengelola berbagai perusahaan menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berinovasi. Selain itu, dedikasinya terhadap kegiatan sosial mencerminkan komitmennya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Melalui yayasan dan organisasi yang ia dukung, Aguan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Perjalanan Aguan dimulai ketika ia memutuskan untuk berpisah dari rekannya, yang mengarah pada keputusannya untuk mengejar karier sebagai seorang entrepreneur. Ia kemudian mendalami dunia bisnis ekspor-impor, meskipun pada dasawarsa 1970-an, kondisi perekonomian global mengalami ketidakstabilan. Namun, ketidakpastian tersebut justru menjadi titik balik yang membawa Aguan menuju jalur bisnis yang akan mengukuhkan namanya selama puluhan tahun ke depan.
Pada usia 20 tahun, Aguan mengambil langkah berani dengan mendirikan perusahaan kontraktor yang kelak menjadi fondasi bagi Agung Sedayu Group. Proyek pertamanya adalah pembangunan rumah toko di kawasan Mangga Besar, yang menjadi langkah awalnya dalam sektor properti. Aguan semakin yakin untuk terjun ke dalam industri ini karena perputaran uang yang cepat dan potensi kenaikan nilai properti yang terus berlanjut. Berbeda dengan bisnis ekspor-impor yang sering kali melibatkan utang, transaksi dalam jual beli properti memberikan kepastian yang lebih besar.
Dari awal yang sederhana dalam jual beli ruko, perusahaan yang didirikan Aguan pada tahun 1971 berkembang pesat dan menjadi salah satu pemimpin di sektor properti domestik. Nama Agung Sedayu sendiri mencerminkan makna megah dan penuh keindahan, yang sejalan dengan visi bisnis Aguan untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkualitas. Selain itu, Aguan juga dikenal sebagai pengusaha yang menjunjung tinggi integritas dan tanggung jawab sosial, berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Di luar usaha properti, ia juga menjabat sebagai Presiden Komisaris di PT Jakarta International Hotel & Development Tbk sejak tahun 2007, menunjukkan dedikasinya yang luas dalam dunia bisnis Indonesia.
Sejalan dengan prinsip-prinsip yang dipegang oleh Aguan, program-program yang dilaksanakan oleh Tzu Chi bertujuan untuk membangun masyarakat yang sehat dan berkeluarga, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, serta mendukung stabilitas ekonomi masyarakat. Dengan semangat kasih sayang dan kepedulian yang mendalam, inisiatif ini diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik, bermartabat, dan berkelanjutan bagi mereka yang membutuhkan bantuan.
Melalui dukungan Aguan, berbagai program Tzu Chi telah mengalami perkembangan yang signifikan, termasuk bantuan bagi korban bencana alam, penyediaan layanan medis gratis, serta pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Kontribusi Aguan tidak hanya terbatas pada dukungan finansial, tetapi juga melibatkan pengorbanan waktu dan tenaga dalam berbagai kegiatan bantuan yang diorganisir oleh Tzu Chi, menunjukkan komitmennya terhadap kesejahteraan masyarakat.
Aguan dikenal sebagai sosok yang rendah hati meskipun telah mencapai kesuksesan dan kekayaan dalam dunia bisnis. Ia selalu menekankan pentingnya berbagi dan membantu sesama sebagai bagian dari nilai-nilai yang diyakininya. Melalui Yayasan Buddha Tzu Chi, Aguan sering memberikan sumbangan, termasuk bantuan kesehatan seperti operasi katarak dan distribusi beras sebanyak 50.000 ton kepada 2,4 juta kepala keluarga di seluruh Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, Aguan juga berperan dalam membangun dan merehabilitasi sekolah-sekolah yang rusak akibat bencana alam, dengan total 33 sekolah yang telah diperbaiki dan dibangun kembali.
Pada bulan September 2018, kota Palu mengalami bencana alam yang sangat dahsyat berupa gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami. Akibat dari tsunami tersebut, banyak warga Palu yang kehilangan tempat tinggal mereka, yang tersapu oleh gelombang besar. Salah satu warga yang terdampak adalah Jernih Lasaso, yang terpaksa tinggal di Huntara Terminal Tipo selama satu tahun setelah bencana. Bersama dengan empat anaknya, yaitu Bela Astini, Dandi Endrawan, Denia Nurjeni, dan Nurul Zahara, ia mengalami masa-masa sulit, bahkan sempat tidur di jalan dan di kandang kambing.
Dalam upaya membantu masyarakat Palu yang terkena dampak bencana, Aguan mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berkontribusi dalam pembangunan Hunian Tetap (Huntap). Yayasan ini membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako di Palu, Sulawesi, sebagai tempat tinggal baru bagi para korban bencana. Perumahan ini mendapatkan perhatian khusus, termasuk kunjungan dari Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, yang memberikan apresiasi atas inisiatif tersebut. Kehadiran perumahan ini menjadi harapan baru bagi banyak warga yang kehilangan tempat tinggal.
Kehadiran Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako sangat membantu masyarakat Kota Palu. Pada tanggal 23-24 Oktober 2020, sebanyak 321 keluarga menandatangani perjanjian untuk menerima bantuan rumah. Pada hari pertama, 153 dari 200 keluarga yang ditargetkan telah diverifikasi, dan pada hari kedua, 168 keluarga lainnya juga telah diverifikasi oleh relawan Tzu Chi Jakarta bersama BPBD Kota Palu. Dari total 1.500 unit rumah yang direncanakan, sebanyak 1.362 unit telah diserahkan kepada warga. Jernih, salah satu penerima manfaat, merasa sangat bersyukur dan terharu atas rumah yang diterimanya, yang memungkinkan dia untuk memulai usaha tata rias dan berjualan sandal serta sepatu, sehingga turut membantu memulihkan perekonomian masyarakat setempat
.