Prof Tirta N Mursitama: Plus Minus Indonesia Menjadi Anggota BRICS

Redaksi
By -
0

Jakarta (20/01/25) - Bergabung dengan BRICS menawarkan berbagai keuntungan yang signifikan, terutama dalam hal meningkatkan transaksi ekspor dan impor dengan negara-negara anggota. Sebelumnya, akses ke pasar-pasar ini mungkin terasa sulit, namun keanggotaan dalam BRICS membuka peluang baru untuk memperluas jaringan perdagangan. Hal ini memungkinkan negara anggota untuk menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat, sehingga memfasilitasi pertukaran barang dan jasa yang lebih efisien. Hal tersebut disampaikan Prof Tirta N Mursitama dalam Grup Diskusi Guru Besar dan Doktor Insan Cita melalui zoom malam ini, Senin (20/01/2025).



Menurut Prof Tirta, salah satu keuntungan utama dari keanggotaan ini adalah kesempatan untuk memanfaatkan lembaga seperti New Development Bank (NDB). Lembaga ini menyediakan pendanaan untuk proyek infrastruktur dengan syarat yang lebih fleksibel dibandingkan dengan lembaga keuangan tradisional. Dengan demikian, negara-negara anggota dapat melakukan ekspansi pasar yang lebih agresif dan berinvestasi dalam proyek-proyek yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.


"Selain itu, bergabung dengan BRICS juga memberikan akses ke sumber pendanaan alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan pada negara-negara tertentu, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Diversifikasi sumber investasi ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri domestik, terutama melalui akses teknologi dengan biaya yang lebih rendah. Dengan memperkuat posisi di ranah internasional, negara-negara anggota dapat menarik lebih banyak investasi asing, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," ungkapnya.


Prof Tirta menjelaskan, bahwa tantangan menjadi Anggota BRICS maka  ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China sebagai anggota utama dalam kelompok BRICS menjadi salah satu isu yang perlu diperhatikan. Ketergantungan ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional, mengingat China memiliki pengaruh yang signifikan dalam perekonomian global. Dalam konteks ini, Indonesia harus mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan tersebut, agar tidak terjebak dalam dinamika ekonomi yang didominasi oleh satu negara.


"Persaingan internal di antara negara-negara anggota BRICS juga menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Produk dan komoditas yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut sering kali memiliki kesamaan, yang dapat mengakibatkan penurunan daya saing produk domestik. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitifnya dan mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan posisi tawarnya di pasar internasional," jelasnya.


 Selain itu, risiko geopolitik yang muncul akibat hubungan yang memburuk dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menjadi perhatian serius. Persepsi bahwa Indonesia cenderung berpihak pada blok tertentu dapat memengaruhi hubungan diplomatik dan perdagangan. 


"Di sisi lain, kualitas investasi yang masuk ke Indonesia juga menjadi sorotan, terutama dari negara-negara yang memiliki standar regulasi yang lebih rendah. Dalam hal ini, Indonesia perlu mengelola kebijakan investasi dan perdagangan dengan bijak untuk memastikan bahwa kebutuhan dunia usaha dapat terpenuhi tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan," tutupnya.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn more
Ok, Go it!